Beberapa hari lalu saya dikabari seorang kakak tingkat ada kesempatan menarik untuk pengajuan pendanaan organisasi yang akan saya jalankan satu tahun ke depan. Saya baca pedoman proposalnya baik-baik; banyak sekali hal yang harus didiskusikan dalam penyusunan proposal ini, banyak sekali pihak yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan ini. Saya mau coba mulai menulis tapi saya tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Saya cuma bertanya beberapa referensi proposal tahun lalu, rekomendasi dosen pembimbing, dll. Kemarin ketua departemen saya sudah mulai pesimis bisa melanjutkan penulisan proposal. Takut keputusan yang diambil terlalu terburu-buru dan tidak terkonsep dengan matang. Batas akhir pengumpulan proposal adalah 3 hari lagi. Tadi siang ketua organisasi saya menawarkan diri untuk membantu menulis proposal. Baru menulis surat rekomendasi dan surat pernyataan kerja sama dengan berbagai pihak, ketua saya akhirnya bilang: "Can, kayaknya ini gak bisa dilanjutin. Deng...
Setelah saya sempat menyerah membuat proposal pendanaan untuk kegiatan organisasi saya, kurang lebih dua bulan kemudian ada kesempatan lagi untuk mengajukan pendanaan ke instansi yang lain. Kali ini saya punya lebih banyak waktu untuk persiapan. Saya mulai dengan berdiskusi dengan beberapa pihak, menyusun proposal, meminta rekomendasi dari beberapa pihak, dan meminta persetujuan dari pihak-pihak terkait. Proposal selesai lalu dikirimkan ke calon pemberi dana. Beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar baik. Proposal yang saya ajukan diterima. Saya harus datang ke lokasi pemberi dana untuk menandatangani surat perjanjian dan tanda bukti penerimaan dana. Saat membaca surat perjanjian dan jumlah dana yang diberikan, jantung saya langsung berdetak tak keruan. Ini adalah kepercayaan yang besar. Ini adalah amanah yang harus saya jalankan dengan sebaik-baiknya. Ini adalah uang yang tidak sedikit. Apakah saya sanggup menjalaninya? Pada saat itu saya sangat takut. Bagaimana saya bisa...
Komentar
Posting Komentar