Saya Menyerah!

Beberapa hari lalu saya dikabari seorang kakak tingkat ada kesempatan menarik untuk pengajuan pendanaan organisasi yang akan saya jalankan satu tahun ke depan. Saya baca pedoman proposalnya baik-baik; banyak sekali hal yang harus didiskusikan dalam penyusunan proposal ini, banyak sekali pihak yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan ini.

Saya mau coba mulai menulis tapi saya tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Saya cuma bertanya beberapa referensi proposal tahun lalu, rekomendasi dosen pembimbing, dll.

Kemarin ketua departemen saya sudah mulai pesimis bisa melanjutkan penulisan proposal. Takut keputusan yang diambil terlalu terburu-buru dan tidak terkonsep dengan matang.

Batas akhir pengumpulan proposal adalah 3 hari lagi. Tadi siang ketua organisasi saya menawarkan diri untuk membantu menulis proposal. Baru menulis surat rekomendasi dan surat pernyataan kerja sama dengan berbagai pihak, ketua saya akhirnya bilang: 

"Can, kayaknya ini gak bisa dilanjutin. Dengan waktu semepet ini kita gak mungkin bisa dapet tanda tangan semua pihak. Udah gapapa gak usah dilanjutin."

"Beneran?"

"Iya gapapa gak usah dilanjutin."

Saya diam. Saya senang sih beban saya berkurang tapi ada kebimbangan lain. Saya takut kalau perjuangan saya terlalu dini untuk disudahi. Sesore tadi saya dilema; apakah keputusan untuk menyerah adalah keputusan yang realistis atau cuma pesimis? Apakah saya akan tetap mengerjakan ini?

Barusan sekali saya cerita ke beberapa teman: ternyata keputusan ini memang keputusan yang (semoga) terbaik. Ada beberapa hal yang memang gak bisa dipaksakan. Ada masa di mana kita harus paham bahwa menyudahi kadang jadi solusi terbaik. Menjadi optimis memang baik tapi realistis juga perlu.

Semangat untuk aku dan teman-temanku yang akan memperjuangkan ini sampai setahun ke depan. Semoga selalu kuat dan bisa memberikan manfaat. 🙂

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Amanah