Yang Hilang Yang Kupendam

Katamu, perasaanku tak ubahnya rumput di padang ilalang
Tumbuh subur tanpa perawatan
Aku sadar, sepatutnya aku lebih bisa memaknai kehilangan
Bak ranting yang ditinggalkan daunnya, seharusnya aku mampu mengikhlaskan kepergian
Meski mungkin aku hanya seperti batang, yang coba menopang untuk kemudian kau tebang
Seharusnya aku mampu meniru daun, yang jatuh, terinjak, namun tetap menebar manfaat
Sepantasnya aku bisa layaknya bunga, yang tak hanya memesona, namun juga berharga

Mungkinkah di matamu aku tak ubahnya sebidang tanah gersang?
Dan kau bagai cacing yang bahkan tak sanggup bertahan?
Perkataanmu sore itu bagaikan angin yang memporakkan hatiku,
Bahwa katamu seharusnya aku bisa seperti mentari, sendiri, tapi tetap menyinari
Bukan seperti ini
Maaf

Dan kini, pada akhirnya, aku menyadari, bahwa perasaan ini cukup aku saja yang mengetahui
Biarlah kurawat, agar mekar di saat yang tepat, bersama orang yang juga tepat.


Lapangan sepak bola, 8 Mei 2015
Belajar menulis puisi simile bersama teman-teman Imago dan guru Bahasa Indonesiaku tersayang, Ibu Eka Retno.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Menyerah!

Tentang Amanah