Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tentang Amanah

Setelah saya sempat menyerah membuat proposal pendanaan untuk kegiatan organisasi saya, kurang lebih dua bulan kemudian ada kesempatan lagi untuk mengajukan pendanaan ke instansi yang lain. Kali ini saya punya lebih banyak waktu untuk persiapan. Saya mulai dengan berdiskusi dengan beberapa pihak, menyusun proposal, meminta rekomendasi dari beberapa pihak, dan meminta persetujuan dari pihak-pihak terkait. Proposal selesai lalu dikirimkan ke calon pemberi dana. Beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar baik. Proposal yang saya ajukan diterima. Saya harus datang ke lokasi pemberi dana untuk menandatangani surat perjanjian dan tanda bukti penerimaan dana. Saat membaca surat perjanjian dan jumlah dana yang diberikan, jantung saya langsung berdetak tak keruan. Ini adalah kepercayaan yang besar. Ini adalah amanah yang harus saya jalankan dengan sebaik-baiknya. Ini adalah uang yang tidak sedikit. Apakah saya sanggup menjalaninya? Pada saat itu saya sangat takut. Bagaimana saya bisa...

Saya Menyerah!

Beberapa hari lalu saya dikabari seorang kakak tingkat ada kesempatan menarik untuk pengajuan pendanaan organisasi yang akan saya jalankan satu tahun ke depan. Saya baca pedoman proposalnya baik-baik; banyak sekali hal yang harus didiskusikan dalam penyusunan proposal ini, banyak sekali pihak yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan ini. Saya mau coba mulai menulis tapi saya tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Saya cuma bertanya beberapa referensi proposal tahun lalu, rekomendasi dosen pembimbing, dll. Kemarin ketua departemen saya sudah mulai pesimis bisa melanjutkan penulisan proposal. Takut keputusan yang diambil terlalu terburu-buru dan tidak terkonsep dengan matang. Batas akhir pengumpulan proposal adalah 3 hari lagi. Tadi siang ketua organisasi saya menawarkan diri untuk membantu menulis proposal. Baru menulis surat rekomendasi dan surat pernyataan kerja sama dengan berbagai pihak, ketua saya akhirnya bilang:  "Can, kayaknya ini gak bisa dilanjutin. Deng...

How I Move On (2019)

Gambar
Malam ini saya dikabari teman ada kajian Ustadz Adi Hidayat di Masjid Salman tapi saya belum berkesempatan hadir jadi cuma nonton  live   streaming- nya di youtube. Judulnya Doa-doa Dalam Al-Quran dan Sunnah. Ustadz Adi menyampaikan bahwa pengabulan pertama dari doa adalah ketenangan hati. Ketenangan ini bisa muncul bahkan saat solusinya belum nampak, misalnya saat mau ujian dan berdoa minta dimampukan, hal pertama yang akan dirasakan adalah ketenangan. Saat ujian dimulai, hati udah jauh lebih tenang dan bisa menyerahkan semuanya kepada Allah. Kalau kata teman saya, " aku tenang, aku menang ". Kata beliau, ketenangan adalah harta yang gak bisa dibeli dengan uang, tapi bisa kita dapatkan hanya dengan berdoa dan berharap kepada Allah. Ustadz Adi juga membahas surat Maryam tentang betapa Nabi Zakaria tidak pernah berputus asa meminta kepada Allah untuk dikaruniai keturunan bahkan saat beliau sudah sepuh dan istrinya divonis mandul. " Dia (Zakaria) berkata...

How I Move On (2018)

Ini bukan cerita tentang bagaimana saya berusaha melupakan, tapi tentang bagaimana saya berusaha menerima. Merupakan hal yang wajar ketika kita punya ketertarikan terhadap lawan jenis di masa-masa remaja. Dulu saya pernah merasa jatuh sejatuh-jatuhnya sama seseorang yang sebenernya cuma pernah saya temui beberapa kali. Kami tidak pernah sama sekali menyinggung hal-hal berbau romantisme, tapi saya selalu merasa kedekatan kami lebih dari kedekatan sepasang teman. Suatu hari saya memutuskan untuk mengomunikasikan perasaan saya karena ada banyak sekali ketidak-nyamanan dan ketidak-pahaman saya tentang banyak sikap. Itu sama sekali tidak pernah menjadi hal yang mudah tapi saya bersyukur pernah mengatakannya. Dia bilang dia punya prinsip bahwa cinta hanya bekal untuk pernikahan. Setiap kali perasaan itu mulai tumbuh, perasaan itu akan segera dia pangkas misalnya dengan menjauh. Katanya pernikahan adalah sesuatu hal yang masih jauh, masih butuh waktu bertahun-tahun lagi, masih ada ban...