How I Move On (2019)
Malam ini saya dikabari teman ada kajian Ustadz Adi Hidayat di Masjid Salman tapi saya belum berkesempatan hadir jadi cuma nonton live streaming-nya di youtube. Judulnya Doa-doa Dalam Al-Quran dan Sunnah.
Ustadz Adi menyampaikan bahwa pengabulan pertama dari doa adalah ketenangan hati. Ketenangan ini bisa muncul bahkan saat solusinya belum nampak, misalnya saat mau ujian dan berdoa minta dimampukan, hal pertama yang akan dirasakan adalah ketenangan. Saat ujian dimulai, hati udah jauh lebih tenang dan bisa menyerahkan semuanya kepada Allah. Kalau kata teman saya, "aku tenang, aku menang". Kata beliau, ketenangan adalah harta yang gak bisa dibeli dengan uang, tapi bisa kita dapatkan hanya dengan berdoa dan berharap kepada Allah. Ustadz Adi juga membahas surat Maryam tentang betapa Nabi Zakaria tidak pernah berputus asa meminta kepada Allah untuk dikaruniai keturunan bahkan saat beliau sudah sepuh dan istrinya divonis mandul.
"Dia (Zakaria) berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku." (Q.S. Maryam : 4)
Mendengar ayat ini saya jadi teringat kejadian sebulan yang lalu. Singkat cerita, saya antara sengaja gak sengaja ketemu lagi sama orang yang sudah coba saya lepaskan, yang udah gak pernah saya kontak lagi setahun ke belakang (bisa baca cerita sebelumnya di sini). Dia kebetulan lagi ada kegiatan di kampus saya. Kami ketemu sebentar (literally) sekadar bertukar kabar dan cerita tentang gimana perkuliahan berjalan. Saya kira saya akan baik-baik aja setelah itu, tapi ternyata...
Kalau kata orang, pertemuan tidak menghilangkan rindu, karena ia justru menguat setelah temu.
Setelah pertemuan super singkat itu saya jadi sediiiih banget. Saya nangis setiap shalat. Saya merasa gak siap untuk melepaskan dari awal lagi. Saya harus terbiasa dengan ketiadaannya lagi. Saya harus kembali menjalani hari-hari saya seperti biasanya. Hari itu saya sampai nyari ceramah tentang move on di youtube hahaha. Yang saya dengerin waktu itu Ustadz Adi Hidayat sama Ustadz Hanan Attaki. Recommended kalau lagi sedih karena pembawaannya tenang dan lembut. Inti dari yang disampaikan beliau berdua adalah kita harus berharap hanya kepada Allah. Kalau kita berharap sama manusia, kita pasti bakal sering kecewa. Tapi kalau kita berharapnya sama Allah, Allah gak akan pernah ngecewain kita.
Malam itu seharusnya saya belajar karena besoknya ujian, tapi saya malah galau semalaman sampai tengah malem saya baru buka buku, tidur larut banget, dan kejadian setahun lalu terulang. Jam 4 pagi saya tiba-tiba kebangun dalam keadaan seger terus shalat tahajud, kejadiannya persis setahun yang lalu. Saya berdoa juga hal yang sama. Saat saya baca Quran surat Maryam, ayatnya persis dengan apa yang disampaikan di kajian tadi.
"Dia (Zakaria) berkata, 'Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.'" (Q.S. Maryam:4)
Saya jadi malu. Nabi Zakaria aja gak pernah kecewa sama Allah, gak pernah berhenti berdoa sama Allah, gak pernah berhenti berharap sama Allah, padahal kalau menurut nalar manusia apa yang diharapkan Nabi Zakaria ini sesuatu hal yang mustahil. Beliau udah sepuh, istrinya divonis mandul, tapi harapannya gak pernah putus sampai akhirnya Allah kabulkan doanya untuk punya keturunan. Ujian saya ini gak ada apa-apanya lah.
Besoknya saya jadi merasa jauh lebih baik, gak ada lagi perasaan-perasaan sedih seperti yang kemarin saya rasain. Saya malah bersyukur karena mendapat kepastian bahwa pertemanan kami baik-baik aja, perasaan saya juga. Kami tetap bisa berteman sebagai dua orang manusia tanpa ada tendensi apa-apa lagi. Saya malah semakin yakin bahwa segala idealisme ini akan terbayar. Bahwa segala rasa sakit akibat menahan perasaan ini akan diganti dengan sesuatu yang sangat indah oleh Allah.
Btw saya bersyukur banget. Di saat-saat terberat Allah selalu menghibur saya dengan misalnya bangunin saya tahajud, nunjukin ayat-ayat di Alquran yang emang lagi pas banget sama suasana hati saya, daaan lain-lain. Itu terjadi di banyaak banget kesempatan: misal pas mau pengumuman snmptn, pas saya bingung mau daftar sbmptn, pas saya pusing banget abis selesai kepanitiaan tapi tenyata ketinggalan banyak banget materi kuliah, pas setahun yang lalu, tahun ini...
Terima kasih Ya Allah karena selalu memberi penguatan dengan cara-cara yang tidak terduga.

MasyaaAllah.. menginspirasi sekali kisahnyaaaa.. yang sabar ya cantikk.. kita sama sama berusaha menjaga dan menautkan hati hanya pada Allah.. InsyaaAllah bisa :)) Sehingga kelak, Allah sudi pertemukan dengan pasangan yg juga menjaga hatinya :)) Aamiin
BalasHapusDan setuju banget, kalo cara Allah membantu kita itu sangat tidak disangka2 datangnya.. Selama niatnya Lillah, Allah pasti bantu :)) Aku pribadi juga sering ngalamin, terutama dalam hal manajemen waktu.. beberapa agenda super penting yg awalnya aku kira bakalan tabrakan, eh Allah bantu, sebelum hari H beberapa jadwal diundur... Sehingga aku bisa menghadiri semuanya.. Allah emang Maha So Sweet :))
Semangat Engka Cantikkuuuu!!!!!
Anjayyyyyyy
BalasHapus